Studi kasus Kalbe, mengenai mahalnya obat serta perawatan membuat angka kematian yang dialami penderita kanker tergolong tinggi.
Sebagai perusahaan obat ternama, Kalbe berinisiatif meminimalisir jumlah kematian yang
disebabkan kanker dengan membangun pabrik obat kanker di dalam
negeri.
Menurut Direktur PT Kalbe Farma, Michael Buyung, pabrik yang dibuat berdasarkan studi kasus Kalbe diharapkan
mampu menekan harga obat kanker, sehingga biaya berobat para
penderitanya akan jauh lebih murah.
Dari data BPJS Kesehatan, tercatat antara Januari hingga Juni 2014
terdapat 88.106 kasus rawat jalan akibat penyakit kanker dengan biaya
klaim mencapai Rp.124,7 miliar. Sedangkan untuk penderita kanker rawat inap terdapat 56.033 kasus dengan total klaim mencapai Rp. 313,1 miliar.
Sebelumnya obat kanker yang dipasarkan Kalbe di Indonesia diimpor dari luar negeri, kini belajar dari studi kasus kalbe obat kanker diproduksi serta dikemas sendiri. Sehingga Kalbe hanya perlu mengimpor bahan bakunya saja.
Sebuah sumber dari salah satu artikel berita depok,
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Irawati Setiady, mengatakan obat
kanker yang dibuat di Indonesia berdasarkan studi kasus Kalbe dapat digunakan untuk kemoterapi, nutrisi untuk pasien
kanker, dan terapi penunjang kemoterapi.
Dari studi kasus Kalbe, diharapkan pembangunan pabrik obat kanker mampu mengendalikan angka kematian akibat penyakit tersebut.
Berdasarkan studi kasus, penyakit kanker disebabkan karena adanya DNA sel yang
bermutasi dan ketika sel membelah melalui proses mitosis, DNA yang
rusak disalin ke dalam sel yang baru. Setelah sel akan menyebar dan
membentuk tumor atau kanker.
Sumber: https://bobbyafif.wordpress.com/2015/10/19/studi-kasus-kalbe-inisiasi-pabrik-obat-kanker-di-indonesia/
Tag: Studi Kasus Kalbe